Setelah Habis Aku Memasang Dadu – Puisi Tentang Jodoh

Sebuah puisi kadang harus diciptakan. Membutuhkan waktu dan sepi untuk mendulang kata-kata. Kadang sebuah puisi menjadi tidak seberbelit-belit itu. Rangkaian kata-kata bisa saja tiba-tiba hadir seperti rindu. Menjadi puisi rindu. Kadang juga, sebuah puisi itu ditemukan setelah bertahun terlewati. Setelah sebuah ide selama bertahun-tahun menjadi misteri. Dalam tema ini, misteri tentang jodoh. 

Seperti puisi ini. Saya temukan kata-kata untuk puisi ini ketika pada suatu malam saya memotret lampu sorot pasar malam. Sorot lampu yang tengadah ke langit itu begitu saja mengingatkan kerinduan saya pada jodoh yang pada waktu itu belum saya temukan. Ide tentang jodoh ini muncul beberapa tahun sebelumnya. Ketika pertama muncul idenya sangat kuat. Lama waktu berlalu saya tidak juga menemukan kata-kata yang tepat untuk menggambarkan ide tersebut. Hingga suatu malam setelah rentang waktu beberapa tahun saya melihat sorot lampu pasar malam.

Sorot lampu itu adalah sebuah seruan. Sebuah panggilan kepada orang-orang yang berada jauh dari jangkauan untuk datang berbondong-bondong meramaikan pasar malam.

Sorot lampu di langit malam itu begitu puitis. Tiba-tiba saja membuat saya teringat beberapa tahun yang sudah berlalu. Ketika dalam mimpi saya berbicara dengan jodoh saya sebelum kami berpisah di bumi. Mimpi itu terputus ketika saya menyerukan sesuatu kepadanya. Saya tersentak dan terjaga. Tersadar bahwa berbicara kepadanya tentang sesuatu yang dulu tidak diucapkan adalah terlarang. Intinya tidak boleh menambahi sesuatu yang sudah berlalu. Gagasan tentang jodoh itu begitu kuat, tetapi lama waktu berlalu saya tidak bisa menemukan kata-kata yang tepat untuk menggambarkannya. Ide itu tetap menjadi misteri. Misteri tentang jodoh. 

Sorot lampu pasar malam itu mengingatkan saya pada seruan saya kepada jodoh saya waktu itu. Tiba-tiba saja semua tergambarkan ketika gambar yang saya lihat malam itu bertemu dengan gambar yang muncul beberapa tahun sebelumnya. Betapa kesepakatan berjodoh ketika akan lahir ke bumi ini seperti judi dadu. Pada awalnya, dengan yakin kita memasang taruhan. Setelah itu nasib siapa yang tahu?

Setelah Habis Aku Memasang Dadu

oleh Nanda Wirabaskara

Setelah habis aku memasang dadu puisi rindu

Kamu yang sekarang entah di mana
Dengarkanlah seruanku
Yang kupanjatkan bagai sorot lampu

gardu

Aku telah sampai di sini
Tetap sendiri
Berdiri membeku bagaikan gardu

Misteri tentang jodoh

Berapa jauh lagi jalan yg harus kutempuh?
Katakanlah padaku yang telah lupa
di hari kamu mengatakan, “Janganlah kamu mencari aku karena aku yang akan menemukanmu.”

~Yogya, 26 des ’11

Koleksi foto puisi:
Labuh Hatiku di Pantai Arafura
Tentang Sebuah Simfoni

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *