Nyanyian Sepi Lonceng Emas

“Nyanyian Sepi Lonceng Emas”. Puisi ini saya temukan ketika malam-malam saya mengunjungi makam raja-raja kerajaan Chulalongkorn, Chiang May. Melihat makam raja-raja ini di malam hari saya melihat betapa kemewahan diberikan pada keluarga kerajaan, bahkan di hari matinya. Kontras dengan kehidupan masyarakat rendahan yang dingin tanpa perasaan, kotor berjelaga, dan dibebani kerja kasar.

Kemewahan yang terus diberikan, bahkan setelah mati itu seperti hendak menghapus keberadaan orang-orang yang hidup dalam dingin dan keras.


Puisi oleh Nanda Wirabaskara

lonceng emas

suaramu bergema seperti es
dingin bagai tubuh hantu
berkumandang di tengah gelap
yang menjadi perumpamaan bagi kenyataan kami

“hai lonceng emas,
masihkah hendak kau hapus
jelaga di pantat ceret?”

~Chiang May, 25 Juni 2010


Koleksi  Puisi:
Nyanyian Kembang Pelukis Jalanan
Setelah Habis Aku Memasang Dadu
Labuh Hatiku di Pantai Arafura
Tentang Sebuah Simfoni

 

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *