Candi Kedulan ditemukan setelah tertimbun tanah sampai sekitar 9 meter akibat letusan Gunung Merapi tahun 1000. Sekarang situs ini masih dalam proses pemugaran. Kali ini Jelajah Wisata akan mengajak anda untuk berwisata sambil belajar sejarah, arkeologi, dan geologi.
Keistimewaan di Tiga Desa
Candi Kedulan merupakan candi Hindu dibangun pada abad IX. Perkiraan tersebut berdasarkan pada tiga buah prasasti yang diketemukan. Ke tiga prasasti tersebut yaitu Prasasti Pananggaran dan Prasasti Sumundul yang bertahun Saka 791 atau 869 M, serta Prasasti Tigaharyyan 900 M.
Dari ke tiga prasasti tersebut nama Candi Kedulan sebenarnya adalah Parahyangan i Tigaharyyan. Secara harafiah berarti “Surga di Tigadaun”. Kata “daun” di sini merujuk pada kewilayahan. Penggunaan bagian pohon untuk kewilayahan yang sekarang masih banyak dipakai adalah “ranting” dan “cabang”. Jadi terjemahan bebas dari “Parahyangan i Tigaharyyan” adalah “keistimewaan di tiga desa”.
Penerjemahan bebas ini merujuk juga pada isi dari ke tiga prasasti tersebut. Prasasti Pananggaran dan Prasasti Sumundul menyuratkan perintah Rakyan Wiku Padan Lpar untuk membangun bendungan di Pananggaran. Sedangkan Prasasti Tigaharyyan menyuratkan perintah dibangunnya saluran irigasi untuk mengairi sawah di desa Kalikalihan. Hasil pertanian di tiga desa tersebut akan digunakan untuk membangun candi, oleh karena itu ke tiga desa itu dibebaskan dari pajak.
Disebutkan pula dalam prasasti bahwa ketetapan biaya untuk pembangunan tersebut masing-masing desa emas 4 masa. 1 masa setara dengan 2,473 gram. Apa bila ada yang tidak setia dengan keputusan ini akan dihukum sampai ke anak-cucunya. Tiga desa yang diistimewakan tersebut adalah Desa Pananggaran, Desa Sumundul, dan Desa Kalikalihan.
Candi Pengairan Kerajaan Agraris
Candi ini dinamakan Candi Kedulan karena lokasinya di Dusun Kedulan, Desa Tirtomartani, Kec. Kalasan, Kab. Sleman, Yogyakarta. Candi ini dibangun dari kelimpahan hasil pertanian karena bendungan dan sistem irigasi yang dibangun. Hal ini menunjukkan bahwa daerah ini adalah daerah yang airnya melimpah. Dibuktikan lagi setelah penggalian lokasi candi yang berada di bawah tanah ini sering menjadi kolam.
Keberlimpahan air di sekitar candi ini mengganggu proses pemugaran. Oleh karena itu dibangun saluran air di bawah tanah di sekeliling candi. Dalam saluran ini tampak air mengalir sangat deras. Air ini kemudian dipompa ke luar supaya tidak menggenangi candi.
Monumen Geologi Letusan Merapi
Sejak dibangun sampai diketemukan pada 24 November 1993 oleh seorang penambang pasir, Candi Kedulan sudah mengalami perjalanan geologi yang panjang. Jejak geologi menunjukkan bahwa candi ini telah mengalami proses penimbunan sampai 15 lapisan. Sebagian besar lapisan material yang menimbun Candi Kedulan ini berasal erupsi Merapi dan endapan sungai.
Lapisan geologis ini masih bisa kita lihat bila kita mengunjungi candi yang masih dipugar ini. Keistimewaan ini sudah tidak bisa kita lihat di Candi Sambisari yang lebih dulu selesai dipugar. Di Candi Sambisari lapisan ini sudah tertutup oleh taman.
Pada saat penggalian beberapa arca Candi Kedulan diketemukan sudah tidak pada tempatnya. Beberapa arca itu sudah bergeser agak jauh. Hal ini menunjukkan ada usaha untuk menyelamatkan beberapa arca ketika terjadi letusan Merapi tahun 1000. Usaha penyelamatan arca itu terhenti di tengah jalan. Kemungkinan hal itu disebabkan semakin dasyatnya letusan Gunung Merapi pada waktu itu.
Desain Pemugaran yang Menggabungkan Masa Lalu Dengan Masa Depan
Ketika Jelajah Wisata berkunjung pada bulan Juni ’19 lalu candi utamanya sudah selesai dipugar. Pemugaran tiga candi perwara di depan candi utama baru setengah jalan. Sedangkan pagar yang mengelilingi candi masih belum digarap. Meskipun begitu ditargetkan tahun 2023 pemugaran sudah selesai 100%.
Satu yang menarik adalah desain akhir kompleks candi yang buat oleh Ahmad Saifudin Mutaqi IAI AA & Tim. Desain taman yang modern membuat candi ini akan berdiri di tengah plaza. Menghadirkan masa lalu di era modern.
Sayangnya desain ini belum disetujui. Ada kendala dan kritik yang bisa dipertimbangkan. Salah satu kendala adalah lahan yang belum sepenuhnya dibebaskan. Di samping itu kritik untuk tidak menutup “monumen geologi” seperti yang terjadi di Candi Sambisari juga membuat desain ini kurang cocok. Andaikan disetujui perlu ditampilkan lapisan geologi yang menunjukkan kedahsyatan letusan Gunung Merapi pada masa lalu. Monumen geologi ini juga bisa menggambarkan kedahsyatan hantaman alam pada sebuah candi dalam melintasi jaman.Â
(/na)