Kopi Gula Aren – Kopi Trah Magelangan

Keunikan kopi gula aren ini bisa anda temukan di Pasar Kebon, Magelang. Rasa manis gula aren yang kuat menghadirkan tekstur rempah pada sruputan anda. Kombinasi ini akan menghanyutkan anda dalam menikmati suasana Jawa jaman dulu, yang dihadirkan lagi di Pasar Kebon ini.

Secangkir Jawa

Bibit kopi masuk ke Indonesia pada tahun 1696. Dibawa oleh VOC dari Malabar. Tahun 1711 kopi mulai diekspor dari Jawa ke Eropa. Jawa menjadi penghasil kopi terbesar di dunia. Begitu populernya kopi dari Jawa ini hingga di Eropa ada istilah “a cup of Java“. Istilah “secangkir Jawa” menjadi istilah populer untuk secangkir kopi di Eropa. 

Secangkir Jawa
A Cup of Java

Bagaimana Orang Jawa menikmati kopi pada jaman dulu? Tentu saja waktu itu kopi menjadi barang mewah. Tidak semua pribumi bisa menikmatinya. Kopi adalah komoditas yang sangat mahal.

Untuk bisa turut menikmati kemewahan itu para buruh pemetik kopi mengumpulkan kotoran luwak di sekitar kebon kopi. Luwak-luwak di kebon kopi itu makan biji-biji kopi sehingga dari kotoran luwak itu bisa didapatkan biji-biji kopi yang masih utuh karena tidak tercerna. Dari biji kopi yang dikumpulkan inilah para buruh kopi ini bisa menikmati kemewahan kopi.

Untuk mengurangi rasa pahit kopi mereka mencampurkan gula. Tentu saja gula yang dipakai bukan gula pasir, melainkan gula Jawa (gula kelapa) atau gula aren. Pada waktu itu bangsa kita belum mengenal gula pasir. Belanda membangun pabrik gula pertama kali di Indonesia pada tahun 1832 di Slawi. Pabrik Gula Pangkah di Slawi ini masih berfungsi sampai sekarang. Tentu saja produksinya sudah tidak sebesar dulu.

Setelah dibangunnya pabrik gula ini gula pasir (gula tebu) perlahan-lahan kehadirannya menggeser gula Jawa dan gula aren. Terlebih lagi setelah kemerdekaan dan pabrik-pabrik gula itu dinasionalisasi. Gula Jawa dan gula aren menjadi ‘gulane wong ra nduwe‘. ‘Gulanya orang miskin’.

Gula pasir menjadi pemanis bagi berbagai jenis minuman. Popularitas gula pasir ini di samping karena citra kemewahan yang muncul pada masa kolonialisme, terlebih disebabkan karena gula pasir ini tidak membawa rasa. Gula pasir hanya menghadirkan rasa manis pada minuman tanpa membawa rasa yang lain. Ini berbeda dengan gula Jawa dan gula aren. Di samping rasa manis, gula Jawa dan gula aren juga menghadirkan rasa rempah yang khas sehingga akan merubah rasa minuman. 

Hadir Kembalinya Selera Masa Lalu

Sekarang kopi gula aren ini hadir lagi. Menjadi kemewahan bagi anda yang bisa menikmatinya. Hanya pada hari Minggu Pahing dan Minggu Legi. Bagi anda yang berada di sekitaran Magelang, pagi-pagi segeralah meluncur ke TKP: Pasar Kebon Watu Gede.

Ngopi dengan suasana alami
Ngopi dengan suasana tempo doeloe

Bagi anda yang menyukai suasana alami, menyukai wisata kuliner, dan penggemar kopi jelajah kuliner merekomendasikan tempat ini. Pagi-pagi, minum kopi sambil menikmati suasana yang asri dan alami adalah sesuatu. Terlebih lagi kopi yang anda sruput itu adalah kopi gula aren.

Suasana Jawa tempo doeloe bisa anda resapi di sini. Perlu diingat bahwa kopi bisa dikenal sejak dulu itu bukan karena kopi Gayo, kopi Lampung, atau Kopi Toraja yang sekarang jauh lebih populer. Kopi bisa dikenal dan menjadi minuman populer di dunia karena kopi Jawa. Dan kopinya juga bukan kopi yang bergelombang-gelombang dengan cara penyajian yang ribet. “A cup of Java” adalah kopi tubruk dari Jawa.

Minum kopi jaman dulu
Ngopi di warung bambu

Kopi yang disajikan untuk mengelangutkan pagi anda di sini adalah kopi lokal dari desa Klegen, Magelang. Diolah dan dikemas tanpa merk, barang kali anda ingin membawa pulang kemewahan itu. Cukup 10 benggol, alias 20 ribu. Untuk gula aren meski tidak dijual khusus tapi Jelajah Kuliner boleh nempil, 5 benggol untuk 2 blengker atau cetakan.

(/na)

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *