Rahmat Seribu Bulan #2 – Cerita Seputar Bulan Puasa

Biar tambah lucu, baca dulu mata cerita prasyarat. Cerita tentang bulan puasa juga “‏Rahmat Seribu Bulan” 

Dini hari di bulan puasa saya terbangun, masih belum punya jam. Segera saya putar radio, berharap ada informasi waktu dari penyiar yang turah mulut. Masih sisa (tenaga di) mulutnya untuk ngomong. Sementara waktu tidak terdengar ada penyiarnya, saya memutuskan untuk keluar mencari makan.

Jalan kaki seperti biasa, dan semua warung makan yang saya lewati tampak belum membuka diri. (wah, warunge belum move on, istilah anak sekarang)
Akhirnya, meskipun tanpa selera saya memutuskan untuk masuk ke sebuah warung burjo.

Warung burjo di pagi buta

“Mas, nasi goreng satu sama teh anget,” saya memesan menu sahur pagi itu.

Cepat penjual burjo itu menyajikan teh hangat untuk menemani saya menunggu dia menggoreng nasi. Klepas-klepuslah saya. Menghisap dan menghembuskan asap rokok diiringi lagu-lagu Roxette di radio tape kecil bersuara cempreng. Bersyukur saya kepada Allah atas nikmat yang tiada terkira ini.

Lagi enak-enaknya mensyukuri nikmat Allah, tiba-tiba group Roxette yang sedang menyanyikan lagu-lagu hitnya itu berhenti sebentar.
Digantikan suara mas penyiar, “.. tiba saatnya kami kumandangkan adzan subuh..”
“Allahu Akbar Allahu Akbar…”

Saya lihat penjual burjo itu masih ngeker-eker1Istilah bahasa jawa untuk ayam yang mengais-ngais dengan kakinya nasi di atas penggorengannya.
“Jangkrik!” batin saya. “Kok ya mas penjual burjo itu gak ngasih tahu kalau sudah imsak?!?”

Dan itu menjadi doa sebelum sarapan saya, membatalkan rahmat seribu bulan dalam genggaman..


Cerita terkait berikutnya

Rahmat Seribu Bulan #3

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *